“Nana
Sudjana mengatakan, bahwa untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan
pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan evaluasi.
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang
bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang
diperoleh dari penilain dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Nabi
Muhammad SAW juga pernah mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Tujuannya untuk
mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam
menjalankan tugas. Misalnya dengan cara menyuruh para sahabat membacakan
ayat-ayat Al-Qur’an di hadapannya, lalu beliau membetulkan hafalan dan bacaan
mereka yang keliru. Selain itu juga, Nabi mengevaluasi kemampuan sahabat untuk
dijadikan utusan ke suatu daerah mengajarkan agama Islam. Ia melakukan tes
terhadap sahabat yang akn diutus nya tersebut, jika yang dijawab sahabatnya itu
benar, maka ia dengan tidak ragu lagi untuk merelakan sahabtnya pergi demi
mengajarkan agama Islam.
Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara
bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsung kepada Rasulullah,
sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut : menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn
Ja’far, dari Abdullah ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “sesungguhnya di antara pepohonan ada satu pohonyang daunnya tidak
jatuh ketanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim.
Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu ?” orang-orang mengatakan pohon itu terdapat
di daerah pedalaman. Abdullah berkata, ‘dalam benakku terbetik pikiran bahwa
pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya.’
Orang-orang berkata “beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah
?”beliau menjawab, “pohon kurma.”(H.R. Bukhairi)
Selain
menguji pemahaman sahabat tentang ajaran agama, Rasulullah juga dievaluasi oleh
Allah melalui perantara malaikat Jibril ketika ia sedang mengajar sahabatnya
disuatu majelis. Malikat Jibril menguji kemampuan Rasulullah tentang iman,
islam, dah ihsan. Rasulullah juga menguji
kemampuan pada waktu akan berangkat perang, sebagaimana riwayat berikut
:
ﺤﺪ ﺛﻨﺎ ﻤﺤﻤﺪ ﺒﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺒﻦ ﻨﻤﻴﺮ, ﺤﺪ
ﺛﻨﺎ ﺃ ﺒﻲ, ﺤﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﷲ , ﻋﻦ ﻨﺎ ﻔﻊ, ﻋﻦ ﺍﺒﻦ ﻋﻤﺮ, ﻋﺮ ﻀﻨﻲ ﺮﺴﻮ ﷲ ﺼﻠﻰﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﻴﻮﻢ
ﺃﺤﺪ ﻔﻰ ﺍﻠﻗﺘﺎﻞ, ﻮﺃﻨﺎ ﺍﺒﻦ ﺃﺮﺒﻊ ﻋﺸﺮﺓ, ﻔﻟﻡ ﻴﺠﺯ ﻨﻲ. ﻭﻋﺮ ﺿﻨﻲ ﻴﻭﻡ ﺍﻟﺨﻨﺪﻖ, ﻭﺃﻨﺎ ﺒﻦ ﺨﻤﺳﻰ
ﻋﺸﺮﺓ ﺳﻨﺔ, ﻔﺄﺠﺰﺍﻨﻲ (ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻲ)
Artinya
: Menceritakan kepadaku Muhammad ibn Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada
kami ayahku, menceritakan kepada kami Abdullah, dari Nafi, dari ibn umar
berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari peang uhud,
ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku. Dan
beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas
tahun, lalu beliau mengizinkanku. (H.R. Bukhori).
Sistem
pengukuran yang digunakan Nabi tidak sama dengan sistem pengetahuan modern
sekarang. Prinsip-prinsipnya menunjukkan sistem pengukuran juga terdapat dalam
hadis Nabi. Ketika menyaksikan perbuatan yang mungkar, ia berusaha untuk
mengubahnya dengan kekuatan fisik, lisan, dan terakhir menunjukkan
selemah-lemahnya iman. Ukuran orang munafik itu ada tiga; (1) bila bicara pasti
dusta (2) bila berjanjiia mengingkarinya (3) jika diberi amanat ia berkhianat.
Ukuran orang kafir yaitu, tidak mensyukuri nikmat Allah, mencacimaki keturunan
dan meratapi mayat. Jadi, sistem pengukuran Nabi terhadap manusia itu secara
kualitatif.
Jadi,
evaluasi yang diterapkan pasa masa Rasulullah SAW adalah secara langsung
melihat tingkah laku para sahabat. Mendengar bacaan sahabat tanpa menggunakan buku seperti
sekarang ini. Rasulullah juga selalu memberi nasehat dan arahan jika belum
sampai kepada ukuran yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment